Selasa, Juli 28, 2009

Melacak Jejak Pelaku Bom Kuningan

Sepekan lebih kasus peledakan di Hotel JW Marriot dan The Ritz-Carlton berjalan, Kepolisian Republik Indonesia masih belum bisa memastikan siapa pelaku peledakan yanga terjadi Jumat (17/7) lalu.

 Kendati demikian, Tim Identifikasi Kepolisian Republik Indonesia telah memastikan DNA potongan kepala yang ditemukan di Hotel JW Marriot sama dengan DNA penghuni kamar 1808. 
Kepastian tersebut diperoleh setelah terdapat kecocokan antara DNA yang ditemukan di kamar 1808 dengan DNA potongan kepala setelah dilakukan tes. "Setelah dilakukan tes, DNA yang ditemukan di kamar 1808 match dengan DNA potongan kepala yang ditemukan," kata Nanan Sukarna, Kadiv Humas Mabes Polri kepada wartawan di Jakarta Media Crisis Center, Jakarta, Jumat (24/7).
Dikatakannya, Tim Identifikasi Mabes Polri juga menemukan sidik jari di kamar 1808. Namun, lanjut dia, tim identifikasi Polri tidak bisa melakukan identifikasi dari sidik jari. "Karena tangan dan jari telah hancur," jelasnya.
Menurut Nanan, Polri memang belum bisa memastikan apakah jasad dan potongan kepala yang juga diduga sebagai pelaku ledakan di JW Marriot adalah orang yang terekam dalam kamera CCTV. "Apakah orangnya yang di CCTV itu, masih belum tahu," kata dia.
Memang, selain terus menelusuri keberadaan Ibrohim dan Nur Hasbi atau Nur Said, polisi juga memburu jaringan yang diduga kelompok teroris. Setelah berhasil menangkap Hendrawan, polisi melacak "anak didik" atau orang-orang yang direkrut anggota Jemaah Islamiyah (JI) yang buron sejak 2003 itu. 
Aparat kepolisian juga memburu Maruto Jati Sulistyono, warga Dukuh Pakisan RT 19 RW 9, Cawas, Klaten. Calon dokter ini diyakini sebagai orang dekat Subur alias Abu Muhjahid, yang merupakan tangan kanan Noordin M Top dalam perekrutan anggota baru dari kelompok Semarang.
Hendrawan ditangkap Densus 88 Antiteror di Solo pada 21 Juni 2009 lalu, usai menghadiri wisuda kedua putranya di Solo. Dia diketahui telah tinggal selama enam tahun di Malang, Jawa Timur. 
Bersama istrinya, Najwa, Hendrawan berdagang bunga dan memberi les privat bahasa Inggris di sekitar kontrakannya. Dalam perjalanan dari rumah ke kios bunganya, Hendrawan kerap mampir di mushala, dan menggunakan jalan alternatif, sehingga pelaku jaringan teroris asal Singapura ini diduga kuat berhasil merekrut sejumlah orang di sekitar Malang.
Selain rumahnya di Jalan Mawar Putih, Sidomulyo, Batu, kontrakan Hendrawan di kawasan Perum Citra Pesona Buring, Wonokoyo, Kedungkandang, Malang, juga diawasi polisi. Bahkan untuk menjaring kelompok ini aparat kepolisian setempat melakukan razia kartu tanda penduduk (KTP). 
Keberadaan Hendrawan terlacak Densus 88 karena dia selalu mendapat transfer uang dari Singapura melalui rekening Bank BRI cabang Kota Malang. Setiap dua pekan, Hendrawan lewat istrinya menerima kiriman sebesar Rp2 juta. Istrinya pula yang membuat urusan Hendrawan, seperti surat pindah, jadi lancar. 
Sementara Maruto telah menjadi incaran polisi sejak jaringan Noordin M Top di Semarang terbongkar. Sejak menikah pada tahun 2003, Maruto jarang pulang. Keluarga dan tetangganya mengaku lama tak melihat Maruto. 
Orangtua Maruto. Suyono, menuturkan, anaknya itu terakhir pulang ke rumah di Klaten saat liburan kuliah Juli 2005. Dari kelompok Semarang, selain Maruto, juga ada nama-nama lain yang pernah dikunjungi Subur alias Abu Mujahid, yakni Aslam, Yusuf, Isnaini, Zamarul dan Teddy alias Reno. Maruto, Aslam dan Teddy disebut-sebut sebagai orang yang membantu Noordin dalam hal amunisi keuangan dan SDM.

Kesamaan jenis bom

Mengenai penelusuran polisi, Kepala Kepolisian RI Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri mengungkapkan, polisi menemukan kesamaan jenis bom yang ditemukan di lantai 1808 Hotel Marriott dengan bom yang ditemukan di Palembang. 

Namun, Kapolri menolak dianggap kecolongan. Menurut dia, pihaknya memang beradu cepat dengan para kelompok teroris tersebut. "Tidak ada kecolongan. Ini adu cepat antara kita dengan kelompok ini," katanya usai shalat Jumat di Mabes Polri, Jakarta. 
Dia mengemukakan, pihaknya memiliki pola dan strategi untuk mencegah aksi-aksi teroris. Usaha polisi untuk itu, jelas Kapolri, telah berhasil. Densus 88 berhasil menangkap pelaku di Wonosobo, Yogyakarta dan Palembang serta Kelapa Gading, sebelum melakukan aksinya. 
Polri, tambah dia, juga berhasil menangkap Kasiman alias Usamah alias Abu Zar alias Salim alias Udin di Banjarmasin, Kalimantan. Dia merencanakan aksi di berbagai tempat, termasuk mengancam presiden karena dianggap thogut (penguasa yang lalim--Red). 
Setelah itu, lanjut Kapolri, polisi juga berhasil menangkap jaringan teroris Singapura berinisial HSN di Malang, Abdul Samad di Lampung, dan Z di Cilacap pada 12 Juni lalu. 
"Ada yang signifikan dalam pengungkapan teroris ini, tapi ini jaringan, untuk kepentingan penyelidikan tidak bisa kita ungkap. Insya Allah, kita segera dapat mengungkap," kata dia sambil berjanji, pada saatnya nanti Polri akan mengungkap semua soal jaringan dan peta tentang teror di Indonesia. 
Saat ditanya tentang status Ibrahim yang hilang, Kapolri malah meminta masyarakat melaporkan kepada aparat kepolisian. "Kalau ada yang mengatakan, ada orang hilang misalnya bernama Ibrohim, silakan beri tahu ke petugas di mana saja," kata Kapolri.
Kapolri juga meminta para pejabat berwenang di daerah mengikuti jejak para petinggi di Jawa Tengah. Para pejabat di Jawa Tengah, seperti gubernur, pangdam dan kapolda kemarin mengumpulkan kepala desa untuk mengantisipasi dan membantu aparat keamanan. 
Ketika ditanya soal keterlibatan asing dalam penyelidikan ini, Kapolri menandaskan, penyelidikan dan penyidikan dalam mengungkap kasus peledakan ini murni dilakukan oleh aparat kepolisian. Namun, Kapolri mengakui adanya bantuan dari Badan Intelijen negara (BIN), Badan Intelijen strategis (Bais). 
"Kita terbuka untuk bekerja sama atau tukar informasi (dengan asing), pada waktunya kalau memang diperlukan kita akan berkoordinasi. Sekarang kita konsentrasi di dalam," kata Kapolri. Kapolri mengakui bahwa pihaknya belum bisa memastikan siapa pelaku pengeboman di kedua hotel mewah itu. (8) sofyan hadi, simon leo siahaan

Ibrohim Masih Misterius -----------------------------------------------

KEBERADAAN Ibrohim hingga kini masih misterius. Penata bunga di Hotel Ritz Carlton itu bagai ditelan bumi sejak peristiwa ledakan bom di Hotel Marriott dan Ritz Carlton. Semula potongan kepala yang diduga sebagai salah satu pelaku bom bunuh diri dan kini masih berada di RS Polri adalah Ibrohim, namun setelah dites DNA, ternyata bukan.

Ke manakah ayah empat orang anak yang sehari-harinya bekerja di Cyntia Floris ini dan mengapa dia tiba-tiba menghilang. Apakah dia kabur karena ikut membantu meloloskan bom ke Rizt Calrton.
Sebelumnya mantan Kepala Densus 88 Suryadarma mengatakan sekecil apa pun pasti ada orang dalam yang membantu pelaku dalam melakukan aksi peledakan dua hotel yang selalu ramai dikunjungi orang Eropa itu, khususnya orang Amerika.
Seorang penyidik yang ikut menangani kasus peledakan bom itu mengatakan, sosok Ibrohim yang misterius membuatnya dicurigai berada di balik kasus itu. Hanya saja, polisi harus bisa membuktikan keterlibatannya.
Kakak sepupu Ibrohim, Khadiya Muhammad mengaku sudah mencari kemana-mana. Dia mengaku kehilangan kontak setelah terjadi peristiwa peledan bom di Marriott dan Ritz Carlton. 
Menghilangnya Ibrohim ini kian menguatkan keterlibatannya pria yang dikenal pendiam ini dalam insiten berdarah di Ritz Carlton itu. Sumber dikepolisian mempertanyakan, kalau dia tidak bersalah kenapa dia tidak muncul. Apalagi, ledakan itu juga diduga melibatkan orang dalam. 
’’Kami masih berusaha mencari dia. Beberapa lokasi yang kita datangai adalah bagian dari investigasi dan pengumpulan bukti sebnayak-banyaknya,’’katanya. Kalau pun tidak terlibat, lanjut sumber itu, Ibrohim menjadi satu-satunya saksi kunci terkiat ledakan bom tersebut. (8) sofyan hadi, simon leo siahaan

0 komentar:

Posting Komentar